Siapa sangka, hanya dengan berjalan, Sora, karakter utama dalam light novel ini, dapat meningkatkan kemampuannya.
Alur cerita ringan dan cukup mengejutkan di akhir. Karakter pun tak banyak, jadi mudah diikuti.
4/5!
Not an avid reader, just exploring the world through books.
Interested in manga, light novel, fiction, slice-of-life, self-help, and biography.
Reading in Indonesian, English, and Japanese.
This link opens in a pop-up window
90% complete! Hiki has read 9 of 10 books.
Light novel ini menurut saya tidak ringan-ringan amat, karena cukup panjang yang diceritakan (walaupun dipotong-potong dalam bentuk chapter).
Karakter di dalam light novel ini ada banyak sekali, sulit menghapal semua karakternya.
3/5, namun saya menantikan volume selanjutnya.
DI volume kedua ini, Patience bersama anggota keluarga kerajaan pergi untuk liburan musim panas, dan melakukan banyak hal. Setelah pulang berlibur, Patience pun disibukkan dengan kegiatan sekolah hingga mengajar salah satu kerabat keluarganya.
Cerita di volume kedua pace-nya mirip dengan volume pertama, alur ceritanya pun ringan. Saya kembali melahap volume kedua ini dalam waktu beberapa jam saja.
Saya akan kembali membaca volume berikutnya.
Saya betul-betul suka dengan "In Another World with Household Spells" volume pertama ini. Alur cerita yang tak rumit, serta karakter yang muncul diceritakan dengan sangat baik, membuat saya dapat melahap volume ini dalam waktu kurang dari sehari.
Saya akan membaca volume berikutnya.
Saya betul-betul suka dengan "In Another World with Household Spells" volume pertama ini. Alur cerita yang tak rumit, serta karakter yang muncul diceritakan dengan sangat baik, membuat saya dapat melahap volume ini dalam waktu kurang dari sehari.
Saya akan membaca volume berikutnya.
Bullying atau bisa dibilang perundungan. Tema yang seharusnya saya hindari karena saya pernah mengalami sebelumnya saat sekolah dulu.
Bagian yang berkesan dalam buku ini adalah saat tokoh utama bercakap-cakap dengan Momose, salah satu pelaku perundungan, di sebuah rumah sakit. Isi percakapan antara mereka berdua membuat emosi saya memuncak sekaligus terkagum-kagum, bagaimana cara sang penulis bisa menulis sudut pandang pelaku bullying dengan sebagus dan setajam ini.
Akhir cerita dari buku ini pun juga dikemas menarik, tak seperti pengalaman saya yang mungkin terdengar bad ending dan tak berjalan damai, yang bahkan terkadang menghantui saat saya tertidur lelap.
Akhir kata, mungkin saya akan baca lagi buku ini serta karya-karya lainnya dari sang penulis.
The Practice of Not Thinking.
Kesan pertama saya saat lihat judulnya adalah: apakah buku ini bakal mengajarkan saya untuk tidak berpikir pada setiap aspek kehidupan saya?
Setelah baca sampai habis, saya menemukan jawabannya.
Buku ini justru membuat saya banyak berpikir dan merenung, serta mengajarkan bagaimana cara untuk peka terhadap sekitar, pada diri sendiri, pada orang lain, dengan memanfaatkan kelima indera kita. Buku yang betul-betul menarik jika kita ingin memperbaiki hubungan dengan alam serta hubungan antar manusia―baik itu di dunia nyata maupun dunia maya.
Bagian favorit saya pada buku ini adalah saat penulis mengajarkan pembaca untuk mengurangi mendengarkan lagu untuk hiburan dan lebih peka mendengarkan suara di sekitar, entah suara angin berhembus ataupun burung bersiul. Sesuatu yang saya jarang lakukan akhir-akhir ini. Selain itu, saya pun juga suka saat penulis mengajarkan cara mendengarkan masalah orang lain. Saya akan coba menerapkannya jika ada kesempatan.
Content warning Spoiler Alert
Saya cukup suka dengan volume ini, walaupun alur ceritanya terasa agak datar.
Di volume ini, Mukohda beserta keempat familiar-nya (plus Willem, sang Guildmaster) akhirnya sampai di Ibukota untuk memenuhi misinya memotong serta mencicipi leviathan yang ia dapat dari dungeon. Drama pun sempat terjadi saat akan memotong leviathan, namun pada akhirnya berhasil dengan baik dan mereka akhirnya bisa mencicipi sang leviathan. Di volume ini juga menceritakan di mana Mukohda dan keempat familiar-nya kembali pergi berburu monster di tempat yang asing. Dan jangan lupakan proses masak-memasak Mukohda yang bikin ngiler para pembaca.
Saya menantikan volume selanjutnya.
Content warning Spoiler Alert
Di volume kali ini, reputasi Eizo dan Camilo terancam karena adanya pisau palsu atas namanya tersebar luas. Oleh karenanya, Eizo pun memutuskan untuk membuat pisau dengan bahan orichalcum, salah satu material langka, agar reputasinya sebagai blacksmith kembali pulih.
Di volume kali ini, bagian yang saya suka adalah saat Eizo membuat pisau dengan orichalcum. Walau dijelaskan cukup panjang, namun saya menikmatinya. Sayangnya, alur di volume ini terasa agak datar.
Saya menantikan volume selanjutnya.